Rabu, 25 Juli 2007

MENGANALISA STRATEGI 3 BANK SYARIAH TERBAIK INDONESIA


Menganalisa Strategi 3 Bank Syariah Terbaik Indonesa
Oleh : Zulfikar




Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI)
Kategori : THE FASTING GROWTH

2006

Asset 2.34 T

CAR 8.30 %

LDR 63.07 %

NPL 1.32 %

ROA 3.98 %

ROE 44.78 %

BOPO 79.44 %

NIM 8.20 %


Pemain baru didunia perbankan ini merupakan penjelmaan dari Bank Tugu kemudian di Konversi Menjadi Bank Syariah Mega Indonesia ini berdiri pada tahun 2004, Walaupun masih baru namun memiliki kinerja yang cukup baik pertumbuhan yang begitu mengagumkan, dengan memperkuat sektor pendanaan, dan melempar kredit ke sektor multifinance lewat FIF melalui channeling yang diberikan BSMI cukup cerdik melakukan strateginya, strategi lainnya BSMI mencoba memaksimalkkan jaringan ATMnya lewat ATM bersama dan bekerjasama dengan BCA


Analisis :

Keagresifan BSMI merlempar pembiayaan ke sektor multifinance merupakan strategi dalam meminimilisasi jumlah SDI (Sumber Daya Insaninya) serta memudahkan dalam melakukan monitoring pembiayaan, disamping itu juga BSMI memanfaatkan Bank Mega sebagai owner untuk melakukan office channeling di tahun ke depan.


Permasalahan Yang Akan Dihadapi

Dari sektor permodalan BSMI memang cukup baik yakni berada 8.30 % yang dipersyaratkan BI, namun menjadi persoalan jika mengikuti pertaruran Bassel Accord dimana CAR harus diatas 12 %, oleh sebab itu BSMI mengalami kewalahan dalam melakukan agresifitas pembiayaannya ke depan.Dari Sektor Pembiayaan BSMI akan dihadapi dengan NPL yang mulai over heat hal ini dikarenakan pembiayaan terbesar ke sektor multifinance apalagi terfokus kepada satu sektor dikahawatirkan akan mengakibatkan timbulnya NPL di masa yang akan datang, Walaupun BSMI memiliki NIM yang cukup baik 8.20 %, yang diperoleh dari margin pembiayaan ini namun BSMI harus tetap waspada karena akan dihantui dengan sektor yang jenuh tersebut.Dari Sektor pendanaan BSMI juga dihadapi dengan suatu kendala yang harus segera dihadapi terutama BSMI ingin segera melakukan agresifitas pembiayaannyaDari Sektor Jaringan BSMI masih terkendala dengan persoalan permodalan sehingga cukup sempit untuk bergerak, walaupun bisa memanfaatkan fasilitas Bank Mega sebagai owner, namun juga harus mempersiapkan SDI (sumber Daya Insani) yang langsung jalan dalam mengelola bisnis BSMI tersebut.


Solusi Yang Harus Dilakukan

Persoalan permodalan ini mau tidak mau BSMI harus segera menerbitkan Obligasi Mudharabah apabila ingin tumbuh dengan cepat, namun yang perlu diingat bukan pertumbuhan yang cepat yang harus dilakukan namun BSMI harus Zero Growth untuk sementara seiring dengan adanya suntikan permodalan baik diperoleh dari obligasi ataupun dari owner dan juga melakukan restrukturisasi walaupun NPL masih kecil namun untuk memudahkan dalam melakukan monitoring dan pembinaan kepada nasabah, BSMI juga harus mencari pendanaan dengan membidik pasar retail dan pasar korporate, di pasar retail BSMI harus fokus kepada pendanaan salary atau penggajian di perusahaan, pembayaran SPP yang dilengkapi dengan ATM Co-branding untuk mahasiswa, dan sebagainya, sedangkan fokus korporate harus fokus kepada Dana Pensiun,Produk Wealth management dan sebagainya.Persoalan pembiayaan BSMI harus segera mendeversifikasi protofolio pembiayaannya tertutama ke sektor-sektor pembiayaan yang lagi booming dan juga harus menyeimbangkan antara pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang, jangan terlalu fokus kepada pembiayaan jangka panjang dikarenakan pendanaan pada BSMI belum maksimal, lebih baik fokus kepada pembiayaan jangka pendek dengan skim musyarakah waad terutama pada pembiayaan berdasarkan kontrak, dan apabila struktur pendanaan sudah baik baru fokus kepada sektor pembiayaan.Dalam hal meminimilisasi jumlah SDI dan monitoring pembiayaan BSMI harus segera membuka pembiayaan ke sektor koperasi karyawan dengan Skim mudharabah, dan bekerjasama dengan suatu instansi perusahaan.BSMI juga harus segera bergerak dengan memanfaatkan office channeling untuk mendapatkan pendanaan dan pembiayaan di cabang tertentu serta memanfaatkan fasilitas teknologi dari Bank Owner. Melakukan kerjasama dengan ATM bersama juga merupakan strategi yang cukup baik serta juga harus berkerjasama dengan Bank Syariah lainnya untuk memperkuat jaringan BSMI, dan mencetak kartu debet yang memiliki fasilitas mastro dan visa international bersama dengan pemilik bankBSMI juga harus segera melakukan rekrutman SDI baik yang memiliki pengalaman maupun fresh graduate untuk mempercepat proses pertumbuhan BSMI



BANK MUAMMALAT
Kategori :

The Good Strategy (THE CREATIVE PRODUCT)

Manajemen Langit

2006
Asset 8.37 T
CAR 14.56 %
LDR 83.60 %
NPL 5.76 %
ROA 2.10 %
ROE 21.99 %
BOPO 84.69 %
NIM 6.10 %
Bank Mummalat yang berdiri pada tahun 1992 ini dan merupakan Bank pertama Syariah di Indonesia sudah memiliki pengalaman dan jam terbang yang tinggi, disaat krisis banyak perbankan yang gulung tikar, namun Bank Mummalat membuktikan bahwa Bank Syariah masih bisa membuktikan menjadi salah satu Bank alternatif di dunia perbankan nasional. BMI kini memiliki jaringan lebih kurang 152 oultet pada desember 2006 dengan strateginya sustanable growth terus melakukan kolaborasi dengan Bank Muammalat Malaysia (BMMB) serta pembinaan SDI lewat celestial Managementnya juga produk kreatifnyaa yakni Share menjadi salah satu produk unggulan BMI
Analisis :
Strategi sutanable growth BMI memang cukup efektif, kematangannya di perbankan syariah membuat BMI masih tetap disegani di kancah perbankan nasional, produk share nya mencapai 687.543 per desember 2006 dengan berkolaborasi dengan BCA hal inilah menambah pundi-pundi fee based BMI selain dari produk-produk lainnya. Kedepan BMI akan dibanjiri tabungan haji dimana pemerintah telah memberikan lampu hijau kepada perbankan syariah untuk mengelola ibadah haji tahun depan. Sementara itu sektor pembiayaan BMI akan melakukan restrukrisasi pembiayaan dimana NPL nya telah mencapai 5.76 %, Selain itu juga BMI akan melakukan pembiayaan sindikasi dan pembiayan-pembiayaan lainnya secara hati-hati setelah belajar dari NPL sebelumnya. Sedangkan kerjasama dengan BPR-BPR baik konvensional dan Syariah melalui linkage programm yang harus direview ulang oleh BMI
Permasalahan Yang Akan Dihadapi
Dari sektor permodalan BMI memang cukup baik yakni berada 14.56 % yang dipersyaratkan BI dan Bassel Acoord, untuk strategi sutanable growth dalam arti bahwa pertumbuhan yang sedang memang tidak diperlukan untuk menambah modal, namun apabila BMI ingin fasting growth maka BMI akan menambah permodalan dengan meminta bantuan BMMB sebagai owner apalagi indikasi LDR 83.60 %, ini sudah cukup ideal.Dari Sektor Pembiayaan BMI dihadapai dengan NPL yang mencapai 5.76 % diatas peraturan BI yang harus lebih kecil dari 5 %, oleh sebab itu BMI harus fokus dengan membentuk team task force di setiap cabang dan team restrukturisasi.Dari Sektor Jaringan BMI masih terkendala dengan persoalan jaringan karena owner BMI adalah Bank Mummalat Malaysia, oleh sebab itu BMI harus lebih kreatif lagi
Solusi Yang Harus Dilakukan
Persoalan permodalan BMI tidak perlu menambah modal apabila masih tetap menggunakan strategi sustanable growth, namun apabila pemilik BMMB yang saat ini labanya sudah naik menjadi 104.8 juta ringgit ini bisa juga memberikan labanya untuk menambah modal dari BMI, dengan menambah modal disetor, sehingga BMI bisa melakukan ekspansi yang lebih agresif, namun lebih baik BMI masih tetap mempertahankan sustanable growthnya saat ini, disamping itu juga menambah produk-produk fee based income lainnyaPersoalan pembiayaan BMI harus segera membentuk team task force dan team review pembiayaan, sehingga bisa menganalisis resiko dan memberikan suatu data sekto mana saja yang boleh dimasukin dan tidak boleh dimasukin untuk meminimilisasi NPL yang ada, disamping itu juga BMI harus ikut proyek-proyek sindikasi yang lagi marak seperti pembiayaan infrastruktur, sehingga ada ide Meneg BUMN ingin memiliki Bank BUMN yang mengurus infrastruktur sendiri seperti Bappindo masa orde baru dahulu.Dalam hal SDI BMI dengan training celestial managementnya memberikan pelatihan kepada pimpinan cabang BMI untuk berani mengambil kebijakan terutama dalam pembiayaan, sehingga tidak terbelunggu dengan suatu ketakutan-ketakutan dalam mengambil keputusan terutama dalam hal pembiayaan.Menciptakan Produk-Produk Kreatif Bukan saja Share yang terus di fokuskan tapi produk lain seperti tabungan Arafah dan tabungan pensiun DPLK muammalat produk Share dan DPLK Muammalat ini merupkan produk kreatif yang belum dimiliki oleh Bank Syariah lainnya. Produk-produk fee based lainnya juga harus segera dibangun dengan membidik kemudahan pelayanan kepada nasabah.Dari Sektor Jaringan BMI harus bersinergi dengan Bank Muammlat malaysia sehingga produk BMI dapat dirasakan oleh warga Indonesia di malaysia, dan juga bagi warga Malaysia yang melakukan plesir ke Malaysia
BANK SYARIAH MANDIRI
Kategori : THE MOST ASSET
2006
Asset 9.55 T
CAR 12.60 %
LDR 90.21 %
NPL 6.94 %
ROA 1.10 %
ROE 18.27 %
BOPO 90.66 %
NIM 5.63 %
Bank Syariah Mandiri yang berdiri pada tahun 1999 merupakan anak perusahaan Bank Mandiri yang berasal dari BSB (Bank Susila Bakti) dan menjadikan BSM sebagai bank yang memiliki Asset terbesar untuk kategori perbankan syariah, BSM kini memiliki lebih kurang lebih 188 outlet ini menerapkan strategi sustanable growthnya dengan melakukan analisis KPI/Balanced Sore Cardnya serta menyusunnya dalam 3 skenario strategi dalam mencapai target RKAP yang diberikan oleh Bank Mandiri sebagai owner.
Analisis :
Dengan menerapkan 3 skenario strategi dalam mencapai target RKAP memang cukup efektif, namun BSM sedang dihadapi oleh NPL yang semakin menggeliat mencapai 6.94 %, sehingga apabila BSM ingin memperkecil NPL dengan meningkatkan pembiayaan mendapatkan kendala dengan permodalan yang berada di 12.60 % walaupun masih cukup aman dan sesuai dengan Bassel Accord dan BI, BSM juga harus segera melakukan restrukturisasi melakukan litigasi, BSM juga harus segera menerbitkan obligasi dan IPO (initial public offering) untuk memperkuat sektor permodalan sehingga dapat tumbuh agresif ketika tahun 2003-2004.
BSM saat juga memperkuat sektor pendanaan dan membuat suatu analisa sektor yang mana yang bisa dimasukin dan sektor mana yang sedang jenuh. Peningkatan Feebased Income sedang digenjot oleh BSM lewat rekasadana syariah yang bekerjasama dengan PNM
Permasalahan Yang Akan Dihadapi
Dari sektor permodalan BSM memang cukup baik yakni berada 12.60 % yang dipersyaratkan BI dan Bassel Acoord, namun untuk lebih ekspansif lagi BSM harus meminta tambahan modal dari owner atau juga melakukan IPO dengan segera. Apalagi apabila BSM ingin menambah share perbankan syariah yang masih 1.60 % ini menjadi 5 % seperti yang diamanatkan oleh BI serta pertumbuhan pembiayaan sebesar 20 %
Dari Sektor Pembiayaan BSM dihadapai dengan NPL yang mencapai 6.94 % diatas peraturan BI yang harus lebih kecil dari 5 %, oleh sebab itu BSM melakukan restrukturisasi dan litigasi sampai di cabang-cabang, disamping itu juga BSM harus membentuk team review pembiayaan yang terpisah dengan pengawasan internal kantor di cabang fungsi team review ini bukan saja memeriksa dokumen tapi harus jeli melakukan analisa pembiayaan dan analisa bisnis.
Dari Sektor Pendanaan BSM sedang dihadapi dengan persoalan pendanaan dengan melakukan perimbangan antara dana korporat dan dana ritail, disamping itu juga adanya ketimpangan antara dana pihak ketiga dan pembiayaan, persoalan terhadap bank-bank yang agresif terhadap pembiayaan memiliki persoalan yang sama.
Dari Sektor Jaringan BSM masih dihadapi kendala terutama untuk memperluas jaringan, walaupun sudah memiliki office channeling dengan induk Bank Mandiri, namun BSM masih terkendala dengan sistim IT-nya
Solusi Yang Harus Dilakukan
Persoalan permodalan BSM harus menambah modal apabila ingin menggenjot pembiayaan dikarenakan ROA 1.10 % yang masih cukup kecil oleh sebab itu Issu IPO atau Obligasi harus ditingkatkanPersoalan pembiayaan BSM harus segera melakukan restruktirisasi dan litigasi yang dilakukan sehingga memberikan laba pada margin yang masih tertangguh. BSM juga harus merekrut team review pembiayaan untuk memperkecil NPL . Sementara itu review pembiayaan melakukan analisa pembiayaan disamping melakukan analisa dokumen dan legal dimana team review ini telah dibekali oleh pengetahuan bisnis dan pembiayaan. Sedangan untuk pengawasan internal kantor harus dipisahkan dalam melakukan review pembiayaan karena memiliki mindset yang berbeda antara bisnis otented dan suuport oriented.
Dari Sektor Pendanaan BSM harus lebih kreatif lagi menciptakan produk-produk jangka panjang walaupun sudah ada produk Investa Cendikia, namun produk seperti Pensiun juga harus diperhatikan untuk menganalisisi jumlah pembiayaan jangka panjang dan jangka pendek, disamping itu juga BSM harus menciptakan produk depositio yang fleksible yang dapat dibreak kapan saja.Dari Sektor Jaringan BSM harus bekerja sama dengan maestro dan visa sehingga BSM dapat digunakan di luar negeri, disamping itu juga harus melakukan sinergi teknologi di Bank Induk dimana nasabah Bank Mandiri yang belum ada fasilitas di cabang tertentu dapat melakukan transaksi di Bank Induk
Wallahu a'lam bissawab

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Salut dan Bravo Pa Zulfikar. Tulisan yang menarik. Akan lebih menarik lagi apabila diupdate untuk kondisi tahun 2013. Bagaimana?
Salam,
HERMAN HERMIT
hermityes@yahoo.com
www.hermanhermit.com

Unknown mengatakan...

Salut dan Bravo Pa Zulfikar. Tulisan yang menarik. Akan lebih menarik lagi apabila diupdate untuk kondisi tahun 2013. Bagaimana?
Salam,
HERMAN HERMIT
hermityes@yahoo.com
www.hermanhermit.com