Jumat, 14 Maret 2008

Investasi Zulfikar Seimbang

Investasi Zulfikar Seimbang (IZS)
(Usulan Produk Investasi Untuk Bank Syariah)
oleh : zulfikar
Apa itu Investasi Zulfikar Seimbang ?
Yakni merupakan produk investasi dimana dana nasabah atau investor akan diinvestasikan secara fund of fund di beberapa portofolio yang dipilih dan dikelola secara aktif untuk mengoptimalkan hasil investasi dan menyebarkan resiko investasi.
Tujuan Investasi adalah
Untuk memberikan hasil yang optimum untuk pertumbuhan asset jangka panjang melalui investasi lewat mudharabah muqayyadah, deposito, reksadana pasar uang, reksadana pasar modal dan reksadana pendapatan tetap yang dikelola secara syariah
Komposisi Portofolio adalah
- Mudharabah muqayyadah : 55 %
- Deposito : 25 %
- Reksadana Pasar uang syariah : 10 %
- Reksadana Pendapatan tetap :5 %
- Reksadana Saham Syariah : 5 %
Apa Keunggulan IZS
- Anda tidak perlu menjadi seorang ahli investasi
- Anda tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga memantau investasi anda
- Menghasilkan return yang lebih baik
Bagaimana Prinsip Kerja Produk IZS
1.Produk IZS merupakan produk yang berjangka 1 tahun, dan pembayaran return dibayarkan setiap 6 bulan sekali sehingga selama 12 bulan dibayarkan returnnya sebanyak 2 kali
2. Biaya yang dibebankan :
- Biaya annual management fee 1.75 %
- Initial charge 2.5 %
- Redemption Charge tidak ada
- Switching Charge sebelum 6 bulan sebesar 0.5 %
Investasi
Investasi minimal sebesar Rp. 100 Juta di blok selama 1 tahun
Analisa Zulfikar
Kondisi ekonomi AS yang mengalami resesi mengakibatkan gejolak global di seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia, kepanikan di pasar modal juga terjadi dengan anjloknya pasar modal sementara, namun tidak perlu khawatir karena saatnya untuk membeli bukan untuk melepas saham tersebut. Maka salah satunya adalah bermain di pasar reksadana. Disamping itu juga kondisi ekonomi Indonesia cukup stabil walaupun di hantam badai inflasi, ke stabilan ini di karenakan cadangan devisa indonesia masih cukup kuat sebesar 57 M dollar. Untuk mendiversifikasikan portofolio dan menghidupkan sektor riel akibat liquiditas yang tidak tersalurkan maka diberikan skim mudharabah muqayyadah dengan melirik sektor-sektor projek yang berdasarkan invoice disamping meminta jaminan nasabah dengan bantuan pihak perbankan, biasanya untuk proyek-proyek selama 3 bulan. Sedangkan di pasar modal kelihatannya akan berdampak bearish, namun akan didiversifikan ke reksadana pasar uang karena potensi keuntungan rendah dan resiko rendah. Disamping itu juga ditopang dengan deposito.

Rabu, 12 Maret 2008

Mudharabah Muqayyadah alternatif terbaik untuk berinvestasi dibandingkan dengan reksadana

Bagi bank-bank syariah yang telah kelebihan FDR/LDR nya dan juga bagi bank-bank syariah yang banyak berinvestasi di Reksadana, ada baiknya Mudharabah Muqayyadah mulai dilirik. Mudharabah muqayyadah tersebut juga dapat diperlakukan sama dengan prinsip reksadana di pasar modal. Apalagi ada produk reksadana yang harus di break setelah 1 tahun dan 2 tahun yang menjanjikan return 6 % - 8 % nett/tahun. Padahal sebenarnya mudharabah muqayyadah bisa menjanjikan return 10 % -12 % net/tahun, Bagaimana rahasianya, sebenarnya ide ini muncul dimana saya bergabung di Bank Asing dan mempelajari produk-produk mereka termasuk produk reksadana dari PNM yang ditujukan untuk BPR, dan kita ketahui juga kenapa sih Bank asing banyak bermain di produk reksadana dan treasury yang juga sangat beresiko terhadap nasabah. Apalagi jika bank-bank syariah lebih kreatif lagi, misalnya jika berinvestasi di produk mudharabah muqayyadah maka pokok anda akan kembali 100 %, lho bagaimana kok bisa ? nah begini rahasianya :
Prinsip kerja Mudharabah muqayyadah adalah dimana nasabah atau investor kepada satu nasabah pembiayaan, dalam hal ini bank syariah hanya bersifat sebagai arranger. Pencatatan transaksinya bisa dilakukan dengan on balanced sheet dan off balanced sheet. Bagi hasilnya bisa disepakati investor dengan nasabah pembiayaan atau bisa juga menggunakan bench mark dari margin pembiayaan bank. Kita ambil contoh 35 : 65

Ilustrasi :
Seorang investor ingin berinvestasi sebesar Rp. xx M, dimana perbankan syariah menawarkan suatu investasi ke pembiayaan jangka pendek dan bersifat proyek misalnya untuk kontrak proyek yyy dimana pendapatan yang diperoleh dari proyek tersebut sebesar AA maka

investasinya sebagai berikut :
Jumlah dana Investor : xx
Dana Bank : 0
Pembiayaan yang disalurkan : xx
Pendapatan yang dibiayai : AA
Nisbah bagi hasil : 0.35
Porsi bagi hasil investor : 0.35 x AA
Bisa juga bentuk yang lain,

bila margin pembiayaan sebesar 14 %/tahun , maka bank syariah dapat 1 %, untuk investor sebesar 13 %/tahun.


Nah bisa juga bentuk yang lainnya dimana investor menginvestasikan dananya, nasabah menginginkan uangnya untuk di lempar ke pembiayaan. Sebagai komitmen bank syariah akan mengembalikan pokok investasi nasabah selama 1 tahun atau 2 tahun tapi dengan syarat jangan di break, dimana nasabah tersebut cukup dikenal oleh pihak bank dan memiliki reputasi pembiayaan yang baik apalagi bisnis yang dbiayaipun cukup feasible sekali.
Contoh :

Bapak A menginvestasikan dananya Rp. 100 M untuk pembiayaan kepada nasabah bank yang cukup baik dan feasible sekali, maka pihak Bank bisa saja memperlakukan dana tersebut dalam bentuk deposito sebagai back to back pembiayaan. Bank syariah kemudian melakukan pencairan pembiayaan kepada nasabah yang cukup dikenal tersebut. Bagi hasil diberikan oleh Bank berdasarkan kesepakatan
Maka dalam hal ini nasabah juga dapat bagi hasil dari deposito juga dapat bagi hasil dari margin pembiayaan pada saat proyek selesai.
Nah bagaimana jika terjadi skenario dimana tagihan terlambat masuk, walaupun pihak bank telah mengikat cassie dan standing instruction ke rekening bank bersangkutan. Maka pihak Bank akan memperlakukan pencairan deposito yang dijadikan jaminan nasabah untuk melunasi hutang di Bank, nah hutangnya kan habis nih. Bagaimana dengan uang investor katanya pokoknya balik. Maka jangan khawatir sebagai komitmen Bank maka Bank akan memberikan fasilitas pembiayaan yang ke dua kepada nasabah bank tersebut sebesar pokok investasi. Nah sekarang mana yang menguntungkan berbisnis di pasar modal atau berbisnis di pasar riel lewat mudharabah muqayyadah.

Catatan :

Pegangan bagi Bank Syariah walaupun produk mudhrabah muqayyadah memiliki resiko sama dengan produk reksadana dimana uang kita bisa habis. Namun Bank Syariah akan mendapatkan dana pihak ketiga yang begitu likuid dari produk mudharabah muqayyadah ini dan lebih aman. Untuk menjaga nama baik Bank syariah dimana lebih baik Bank syariah mengelola mudharabah muqayyadah ini untuk pembiayaan jangka pendek terutama untuk proyek-proyek yang benar baik dengan bohweer yang juga dipercaya. Untuk sektor lain juga boleh dimana nasabah yang dibiayai memiliki track record yang cukup baik dan dipercaya oleh pihak Bank syariah. Mudah-mudahan bagi para investor yang bermain di reksadana atau di pasar modal ada baiknya beralih ke mudharabah muqayyadah dengan retrun yang lebih tinggi daripada hasil produk reksadana. Sebenarnya masih banyak produk-produk pendanaan yang kreatif dari Bank Asing yang dapat diterapkan dan dikombinasikan kemudian bisa diminta fatwakan syariahnya. Mudah-mudahan dengan bergabungnya saya dengan Bank Asing saya dapat memanfaatkan ilmunya dan produk-produknya dan insya allah apabila saya kembali nanti dapat diterapkan di perbankan syariah. Mungkin minggu depan saya akan buka lagi produk-produk kreatif dai Bank asing yang dapat diterapkan ke Bank Syariah namun janganlupa harus dimintakan fatwanya ke DPS

Selasa, 25 Desember 2007

Bank Syariah Outlook 2008

Bank Syariah Outlook 2008
Oleh : Zulfikar
Tahun 2008 merupakan nuansa baru bagi perbankan syariah dalam membuka kinerja perbankan syariah nasional, meskipun BI menargetkan pertumbuhan Bank Syariah secara nasional akan mencapai 5 %, namun pertumbuhan 5 % tersebut haruslah didukung oleh pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Pada tahun 2008 diperkirakan BRI akan menspins off unit Syariahnya dengan mengakuisisi Bank Artha Jasa, begitu juga dengan rencana merger Bank Danamon dan BII yang mengakibatkan terjadinya perubahan di unit syariah Bank Danamon dan BII Syariah yang diperkirakan akan dilakukan spin off. Perkembangan yang positif tersebut juga harus didukung dengan sistim permodalan yang kuat dimana pada tahun 2008 ini perbankan syariah sudah dipastikan akan banyak menerbitkan sukuk/obligasi syariahnya untuk menambah modal mereka, disamping itu juga proses akuisisi dan merger perbankan serta perubahan status menjadi Bank syariah pun akan mewarnai peta persaingan perbankan syariah secara nasional. Disamping itu juga masuknya bank-bank asing yang akan bermain di pasar perbankan syariah Indonesiapun diperkirakan akan semakin hangat, mudah-mudahan persaingan tersebut dilandasi dengan fastabaqul Khairat "berlomba-lomba berbuat kebaikan".
Kinerja perbankan nasional
Kinerja perbankan nasional sampai dengan 2007, mengalami perbaikan hal ini ditandai dengan pertumbuhan kredit sebesar Rp. 957 T atau sebesar 21.5 %, pertumbuhan asset juga mengalami kenaikan sebesar 17.75 % (y-o-y) atau sebesar Rp. 1.850,5 T, NIM sebesar 0.76 % walaupun belum cukup efektif dikarenakan LDR (Loan to deposit ratio) sebesar 56 %. Sedangkan CAR (Capital Adequate ratio) 19.96 %, walaupun diatas ketentuan Bassel Accord II sebesar 12 %, namun denga perhitungan baru di perkirakan perbankan nasional akan mengalami peurunan CAR sebesar 1.3 % -1.7 %.
Analisis Kinerja
Permodalan
Dari kinerja tersebut maka dipastikan akan banyak bank-bank yang akan melakukan merger dan akuisisi untuk memperkuat struktur permodalan, bagi bank-bank yang tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut maka saham bank tersebut akan dijual dan dipastikan pemain asing akan semakin agresif memasuki pasar perbankan nasional.
Kredit/LDR
Tahun 2008 kredit perbankan nasional akan semakin baik hal ini ditandai dengan BI Rate yang semakin turun hingga Q1-Q2 2008, untuk pertumbuhan 21 %-24 % dipastikan akan terpenuhi target tersebut, Penyaluran kredit yang agresif tersebut dikarenakan pemain asing akan mengguyur pasar UKM Indonesia terutama sektor perkebunan, perdagangan/ritel, para pemain bank milik asing ini bahkan berani memberikan KTA (kredit tanpa agunan), sementara itu bank-bank nasional juga akan mengejar kondisi tersebut namun dengan keadaan yang lamban atau bisa dikatakan lebih hati-hati, namun pergerakan mereka akan agresif di Q2-Q3 sehingga pertumbuhan kredit akan menembus level 24 % bahkan bisa diatasnya.
Peluang dan Strategi Perbankan Syariah
Dengan kondisi yang ada meskipun perbankan syariah masih sebesar 1.72 %, namun dipastikan perbankan syariah akan diwarnai persaingan perang jaringan dan biaya administrasi yang murah serta perang fee based income.
Permodalan
Perbankan syariah akan dihantui dengan permodalan yang lemah dikarenakan agresifnya mereka meyalurkan kredit sehingga dibutuhkan penerbitan sukuk/obligasi syariah, bagi bank-bank CAR nya 8 % -10 % maka mau tidak mau harus meminta tambahan modal.
Kredit/NPL
Kredit yang agresif mengakibatkan overheating pada perbankan syariah 2008, hal ini wajar oleh sebab itu perbankan syariah harus melakukan restrukturisasi atau melakukan pencairan tambahan sehingga NPL mereka akan lebih kecil dibawah 5 %, sedangkan untuk kualitas kredit perbankan syariah harus mampu menerbitkan FRR (fiancial Risk ratig) hal ini berkaitan dengan sektor-sektor mana yang lagi booming dan sektor-sektor mana yang sebaiknya dihindari. Untuk mendapatkan laba-laba sebaiknya bank syariah harus bisa menspreading pembiayaan mereka yakni fasilitas musyarakah waad atau musyarakah mutanaqisah dengan skim murabahah
Pendanaan/Dana Pihak ketiga/fee based Income
Pendanaan/dana Pihak Ketiga
Untuk sektor pendanaan konsentrasi pada dana murah seperti giro dan tabungan juga menjadi incaran meskipun tidak mengabaikan dana dari deposito, Untuk memperoleh biaya administrasi dari nasabah maka perbankan syariah harus lebih kreatif dan menggunakan teknologi dengan memanfaatkan fasilitas ATM bersama, fasilitas bank induk, dan melakukan kerja sama antara perbankan syariah.
Kreatifitas membuat produk tabungan juga menjadi hal yag harus diperhatikan dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak lain seperti asuransi dan sebagainya . seperti produk investasi DPLK, replanting kebun, reksadana, dsb.
Jika bermain di sektor ritel maka biaya administrasi tabungan harus lebih murah, dikarenakan sektor yang dibidik adalah ritel.
Fee based Income
Perbankan syariah dalam mendapatkan fee based income juga harus melakukan kerja sama dengan instansi lain seperti telkom,telkomsel, indosat,dan provider lainnya untuk membayar payment point, pembayaran listrik, pembayaran uang kuliah dengan ATM C0 Branding, serta pembayaran gaji karyawan, pembayaran pajak eskpor import
Untuk daerah industri mendapatkan fee based dari surat referensi bank, surat dukungan bank juga semakin menarik serta Bank Garansi yang cukup ideal dimana dengan adanya otonomi daerah maka proyek-proyek akan semaki ramai didaerah.
Mudharabah muqayyadah untuk menjual produk ini memang harus ekstra ketat dikarenakan pemahaman masyarakat yang ada, bagi mereka yang berani mengambil resiko maka mudharabah muqayyadah lebih menarik daripada bermain saham di pasar modal, jika perbankan syariah ingin fokus kesini maka harus dilakukan sosialisasi terlebih dahulu untuk pemahamam kepada masyarakat karena produk tersebut memiliki resiko, namun memiliki return yang lebih baik daripada saham di pasar modal.

Senin, 10 Desember 2007

Strategi Perbankan Syariah Akhir Tahun

Strategi Perbankan Syariah Akhir Tahun 2007
Oleh : Zulfikar
Akhir tahun pada bulan desember 2007 merupakan akhir dari segala aktivitas target RKAP (Rencana Kegiatan Anggaran Perusahaan) yang di kejar, seluruh perbankan syariah sebelum mengakhiri akhir tahun pasti telah melakukan konsolidasi baik dalam rangka Raker (Rapat Kerja) ataupun penyusunan RKAP pada tahun 2008 lewat ekonomic outlook 2008 yang disusun dalam team ALCO. Bagi Bank-bank yang telah melewati target 100 % atau sekitar 98 % pasti bernafas lega mereka tinggal mengejar melakukan mantenance costumer baik segi pendanaan maupun pembiayaan. Bagi perbankan syariah yang belum tercapai targetnya harus bekerja keras sampai akhir bulan desember nanti, dan melakukan perbaikan target tahun 2008 yang harus dievalusai setiap triwulan sesuai dengan KPI yang menggunakan Balanced Score Card
Prediksi Akhir tahun 2007
Pendanaan :
Perbankan syariah pada umumnya akan menggempur sektor pendanaan terutama mereka berburu dengan dana murah seperti tabungan dan giro, hal ini dikarenakan pada umumnya perbankan syariah yang telah kelebihan menyalurkan pembiayaan LDR/FDR sebesar 95 %- 102.66 %, hal ini berimbas bagi nasabah yang menunggu pembiayaan dari Bank Syariah tentu saja akan di hold untuk pencairan pembiayaan di tahun 2008. Bagi perbankan syariah yang memiliki produk investasi seperti reksadana tentu saja mereka berburu di sektor ini untuk meningkatkan fee based income mereka, namun bagi perbankan syariah yang fokus terhadap asset mereka akan memburu sektor pendanaan terutama deposito.
- Pertumbuhan Giro sampai akhir desember 2007 di prediksi diangka Rp.3.4 - Rp.3.5 T, hal ini dianggap wajar walaupun transaksi akhir tahun ada namun hanya untuk sekedar pembayaran gaji karyawan dan bonus akhir tahun.
- Pertumbuhan Tabungan sampai akhir desember 2007 di prediksi Rp. 8.7 T - Rp. 8.9 T
- Pertumbuhan Deposito sampai akhir desember 2007 di prediksi di kisaran Rp.14.7 - Rp. 15.2 T
- Total asset keseluruhan perbankan syariah di perkirakan akan mencapai Rp. 34 T - Rp.35 T, dimana dimana dua bank terbesar di pangsa pasar perbankan syariah yakni PT. Bank Syariah Mandiri di perkirakan menyumbang 12 T, PT. Bank Muammalat Indonesia menyumbang 11 T dan 1 T lagi ,disusul PT. BSMI, PT.BNI, Permata bank syariah dan unit syariah lainnya
Pembiayaan
Dari segi pembiayaan Bank Syariah tidak perlu khawatir, karena LDR/FDR mereka sudah sangat berlebih,
-Pembiayaan Musyarakah sampai akhir desember 2007 di prediksi diangka Rp.4.2 T- Rp. 4.3 T bisa saja lebih kecil sampai keangka Rp. 3.9 T di karenakan adanya pelunasan di karenakan telah selesainya proyek - proyek yang telah dikerjakan.
- Pembiayaan Mudharabah sampai akhir desember 2007 di prediksi di angka Rp. 5.4 T- Rp. 5.5 T di karenakan sektor ini di dominasi oleh koperasi karyawan, dimana di perkirakan akan naik di karenakan anggota koperasi yang membutuhkan pendanaan mereka untuk tahun 2008 nanti.
- Pembiayaan Murabahah sampai akhir desember 2007 di prediksi di angka Rp. 16.3 T - Rp. 16.4 T pembiayaan murabahah masih mendominasi di karenakan faktor resiko yang lebih kecil dari pada sektor lain, jenis pembiayaan tersebut masih didominasi sektor konsumtif seperti properti dan kenderaan bermotor
- Pembiayaan Istishna sampai akhir desember 2007 di prediksi di angka Rp. 350 Juta - Rp. 360 Juta, pembiayaan ini pada umumnya untuk pembangunan gedung dan infrastruktur dimana pencairannya berdasarkan progres pembangunan
- Lainnya sampai akhir desember 2007 di prediksi di angka Rp.826 juta - Rp. 830 Juta, hal ini didominasi oleh skim Qard wal ijarah, Ijarah Muntahia Bit tamlik dan skim lainnya
Prediksi Perkembangan Perbankan Syariah 2008
Pada tahun 2008 perbankan syariah pada umumnya masih melakukan konsolidasi walaupun BI menargetkan pertumbuhan 5 % pangsa pasar perbankan syariah secara nasional, BRI Syariah pada Q2-Q3 akan segera spinn off dengan mengakuisis Bank Artha Jasa, persaingan bisnispun semakin hangat dengan semakin maraknya unit-unit syariah yang memasuki pangsa pasar syariah ini, Bagi bank baru strategi mereka akan fokus di pendanaan oleh sebab itu kreatifitas menciptakan produk pendanaan dengan biaya yang murah yang akan memenangkan pertempuran sektor pendanaan di tambah dengan banyaknya jaringan ATM dan kerjasama antar bank. Bagi bank yang telah establihs tentu saja mereka akan terus jor-joran ekspansi apalagi dengan di bukanya keran window dressing atau lebih di kenal dengan Office Channelingya mereka akan memanfaatkan Bank induk mereka.
Namun semuanya tersebut tergantung karakter suatu daerah yang mereka hendak capai namun lebih baik perbankan syariah yang apabila hendak membuka cabang di suatu daerah harus mempelajari peta persaingan di suatu daerah karena ada daerah yang pembiayaannya besar namun pendanaannya kecil bahkan sebaliknya, dengan kondisi pasar tersebut para pimpinan cabang di suatu daerah harus jeli memanfaatkan pasar, apakah mengejar pembiayaan terlebih dahlu baru pendanaan atau mengejar pendanaan dahulu baru pembiayaan.
Sangat ideal sekali jika di suatu cabang tersebut juga dibekali dengan adanya limit pembiayaan yang lebih besar sehingga lebih cepat untuk BEP
Permodalan
Perbankan syariah tahun 2008 akan dihadapi dengan persoalan permodalan atau CAR mereka hal ini dikarenakan ekpansi yang besar-besaran di sektor pembiayaan sehingga harus mencadangkan PPAP mereka lebih besar dan tentu saja mengganggu CAR apalagi sektor pendanaan yang tidak mendukung, namun insya allah apabila perbankan syariah telah ditopang oleh induk untuk mendapatkan permodalan tentu saja lebih baik lagi idelanya modal suatu bank syaria adalah kucuran sebesar Rp. 250 M - Rp. 300 M sehingga akan lebih ideal dalam melakukan ekspansi.
Jaringan
Pada tahun 2008 ini Bank-Bank syariah akan memafaatkan OC mereka dengan Bank Induk dan tentu saja sangat bermanfaat dalam menjaring nasabah induk, namun perlu juga di sosialisasikan agar tidak menjadi persaingan yang tidak sehat di level grass road terutama persoalan target, namun apabila di sosialisasikan hal tersebut tentu akan mengurangi efek substistusi antar bank induk dan syariah, namun adanya OC ini tentu saja akan menjad complementer.
Jaringan IT pada tahun 2008 banyak bank-bank yang berinvest di sektor ini apalagi dengan ketersediaan mesin ATM dan teknologi yang lebih mudah dan efisien, namun pada umumya bank-bank syariah akan memanfaatkan teknologi induk.
Berburu kreatifitas dan Innofative
Untuk memperbesar pangsa pasar perbankan syariah pada umumnya akan menciptakan produk-produk pendanaan dan produk wealth manajemen, apakah bekerja dengan pihak asuransi ataupun pihak lain yang mewarkan beberapa fitur dan kemudahan.
Produk-produk pendanaan
yang harus di ciptakan adalah produk-produk jangka panjang apakah dalam rangka tabungan invetasi pendidikan, tabungan investasi pensiun atau tabungan replanting perkebunan.
Produk Pembiayaan
Untuk berburu di sektor pembiayaan perbankan syariah harus menciptakan produk-produk revolving seperti musyarakah mutanaqisah untuk PRK Syariah dan produk Cash card atau kartu kredit syariah serta produk-produk mudharabah muqayyadah untuk merebut pasar terutama pasar modal

Rabu, 25 Juli 2007

MENGANALISA STRATEGI 3 BANK SYARIAH TERBAIK INDONESIA


Menganalisa Strategi 3 Bank Syariah Terbaik Indonesa
Oleh : Zulfikar




Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI)
Kategori : THE FASTING GROWTH

2006

Asset 2.34 T

CAR 8.30 %

LDR 63.07 %

NPL 1.32 %

ROA 3.98 %

ROE 44.78 %

BOPO 79.44 %

NIM 8.20 %


Pemain baru didunia perbankan ini merupakan penjelmaan dari Bank Tugu kemudian di Konversi Menjadi Bank Syariah Mega Indonesia ini berdiri pada tahun 2004, Walaupun masih baru namun memiliki kinerja yang cukup baik pertumbuhan yang begitu mengagumkan, dengan memperkuat sektor pendanaan, dan melempar kredit ke sektor multifinance lewat FIF melalui channeling yang diberikan BSMI cukup cerdik melakukan strateginya, strategi lainnya BSMI mencoba memaksimalkkan jaringan ATMnya lewat ATM bersama dan bekerjasama dengan BCA


Analisis :

Keagresifan BSMI merlempar pembiayaan ke sektor multifinance merupakan strategi dalam meminimilisasi jumlah SDI (Sumber Daya Insaninya) serta memudahkan dalam melakukan monitoring pembiayaan, disamping itu juga BSMI memanfaatkan Bank Mega sebagai owner untuk melakukan office channeling di tahun ke depan.


Permasalahan Yang Akan Dihadapi

Dari sektor permodalan BSMI memang cukup baik yakni berada 8.30 % yang dipersyaratkan BI, namun menjadi persoalan jika mengikuti pertaruran Bassel Accord dimana CAR harus diatas 12 %, oleh sebab itu BSMI mengalami kewalahan dalam melakukan agresifitas pembiayaannya ke depan.Dari Sektor Pembiayaan BSMI akan dihadapi dengan NPL yang mulai over heat hal ini dikarenakan pembiayaan terbesar ke sektor multifinance apalagi terfokus kepada satu sektor dikahawatirkan akan mengakibatkan timbulnya NPL di masa yang akan datang, Walaupun BSMI memiliki NIM yang cukup baik 8.20 %, yang diperoleh dari margin pembiayaan ini namun BSMI harus tetap waspada karena akan dihantui dengan sektor yang jenuh tersebut.Dari Sektor pendanaan BSMI juga dihadapi dengan suatu kendala yang harus segera dihadapi terutama BSMI ingin segera melakukan agresifitas pembiayaannyaDari Sektor Jaringan BSMI masih terkendala dengan persoalan permodalan sehingga cukup sempit untuk bergerak, walaupun bisa memanfaatkan fasilitas Bank Mega sebagai owner, namun juga harus mempersiapkan SDI (sumber Daya Insani) yang langsung jalan dalam mengelola bisnis BSMI tersebut.


Solusi Yang Harus Dilakukan

Persoalan permodalan ini mau tidak mau BSMI harus segera menerbitkan Obligasi Mudharabah apabila ingin tumbuh dengan cepat, namun yang perlu diingat bukan pertumbuhan yang cepat yang harus dilakukan namun BSMI harus Zero Growth untuk sementara seiring dengan adanya suntikan permodalan baik diperoleh dari obligasi ataupun dari owner dan juga melakukan restrukturisasi walaupun NPL masih kecil namun untuk memudahkan dalam melakukan monitoring dan pembinaan kepada nasabah, BSMI juga harus mencari pendanaan dengan membidik pasar retail dan pasar korporate, di pasar retail BSMI harus fokus kepada pendanaan salary atau penggajian di perusahaan, pembayaran SPP yang dilengkapi dengan ATM Co-branding untuk mahasiswa, dan sebagainya, sedangkan fokus korporate harus fokus kepada Dana Pensiun,Produk Wealth management dan sebagainya.Persoalan pembiayaan BSMI harus segera mendeversifikasi protofolio pembiayaannya tertutama ke sektor-sektor pembiayaan yang lagi booming dan juga harus menyeimbangkan antara pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang, jangan terlalu fokus kepada pembiayaan jangka panjang dikarenakan pendanaan pada BSMI belum maksimal, lebih baik fokus kepada pembiayaan jangka pendek dengan skim musyarakah waad terutama pada pembiayaan berdasarkan kontrak, dan apabila struktur pendanaan sudah baik baru fokus kepada sektor pembiayaan.Dalam hal meminimilisasi jumlah SDI dan monitoring pembiayaan BSMI harus segera membuka pembiayaan ke sektor koperasi karyawan dengan Skim mudharabah, dan bekerjasama dengan suatu instansi perusahaan.BSMI juga harus segera bergerak dengan memanfaatkan office channeling untuk mendapatkan pendanaan dan pembiayaan di cabang tertentu serta memanfaatkan fasilitas teknologi dari Bank Owner. Melakukan kerjasama dengan ATM bersama juga merupakan strategi yang cukup baik serta juga harus berkerjasama dengan Bank Syariah lainnya untuk memperkuat jaringan BSMI, dan mencetak kartu debet yang memiliki fasilitas mastro dan visa international bersama dengan pemilik bankBSMI juga harus segera melakukan rekrutman SDI baik yang memiliki pengalaman maupun fresh graduate untuk mempercepat proses pertumbuhan BSMI



BANK MUAMMALAT
Kategori :

The Good Strategy (THE CREATIVE PRODUCT)

Manajemen Langit

2006
Asset 8.37 T
CAR 14.56 %
LDR 83.60 %
NPL 5.76 %
ROA 2.10 %
ROE 21.99 %
BOPO 84.69 %
NIM 6.10 %
Bank Mummalat yang berdiri pada tahun 1992 ini dan merupakan Bank pertama Syariah di Indonesia sudah memiliki pengalaman dan jam terbang yang tinggi, disaat krisis banyak perbankan yang gulung tikar, namun Bank Mummalat membuktikan bahwa Bank Syariah masih bisa membuktikan menjadi salah satu Bank alternatif di dunia perbankan nasional. BMI kini memiliki jaringan lebih kurang 152 oultet pada desember 2006 dengan strateginya sustanable growth terus melakukan kolaborasi dengan Bank Muammalat Malaysia (BMMB) serta pembinaan SDI lewat celestial Managementnya juga produk kreatifnyaa yakni Share menjadi salah satu produk unggulan BMI
Analisis :
Strategi sutanable growth BMI memang cukup efektif, kematangannya di perbankan syariah membuat BMI masih tetap disegani di kancah perbankan nasional, produk share nya mencapai 687.543 per desember 2006 dengan berkolaborasi dengan BCA hal inilah menambah pundi-pundi fee based BMI selain dari produk-produk lainnya. Kedepan BMI akan dibanjiri tabungan haji dimana pemerintah telah memberikan lampu hijau kepada perbankan syariah untuk mengelola ibadah haji tahun depan. Sementara itu sektor pembiayaan BMI akan melakukan restrukrisasi pembiayaan dimana NPL nya telah mencapai 5.76 %, Selain itu juga BMI akan melakukan pembiayaan sindikasi dan pembiayan-pembiayaan lainnya secara hati-hati setelah belajar dari NPL sebelumnya. Sedangkan kerjasama dengan BPR-BPR baik konvensional dan Syariah melalui linkage programm yang harus direview ulang oleh BMI
Permasalahan Yang Akan Dihadapi
Dari sektor permodalan BMI memang cukup baik yakni berada 14.56 % yang dipersyaratkan BI dan Bassel Acoord, untuk strategi sutanable growth dalam arti bahwa pertumbuhan yang sedang memang tidak diperlukan untuk menambah modal, namun apabila BMI ingin fasting growth maka BMI akan menambah permodalan dengan meminta bantuan BMMB sebagai owner apalagi indikasi LDR 83.60 %, ini sudah cukup ideal.Dari Sektor Pembiayaan BMI dihadapai dengan NPL yang mencapai 5.76 % diatas peraturan BI yang harus lebih kecil dari 5 %, oleh sebab itu BMI harus fokus dengan membentuk team task force di setiap cabang dan team restrukturisasi.Dari Sektor Jaringan BMI masih terkendala dengan persoalan jaringan karena owner BMI adalah Bank Mummalat Malaysia, oleh sebab itu BMI harus lebih kreatif lagi
Solusi Yang Harus Dilakukan
Persoalan permodalan BMI tidak perlu menambah modal apabila masih tetap menggunakan strategi sustanable growth, namun apabila pemilik BMMB yang saat ini labanya sudah naik menjadi 104.8 juta ringgit ini bisa juga memberikan labanya untuk menambah modal dari BMI, dengan menambah modal disetor, sehingga BMI bisa melakukan ekspansi yang lebih agresif, namun lebih baik BMI masih tetap mempertahankan sustanable growthnya saat ini, disamping itu juga menambah produk-produk fee based income lainnyaPersoalan pembiayaan BMI harus segera membentuk team task force dan team review pembiayaan, sehingga bisa menganalisis resiko dan memberikan suatu data sekto mana saja yang boleh dimasukin dan tidak boleh dimasukin untuk meminimilisasi NPL yang ada, disamping itu juga BMI harus ikut proyek-proyek sindikasi yang lagi marak seperti pembiayaan infrastruktur, sehingga ada ide Meneg BUMN ingin memiliki Bank BUMN yang mengurus infrastruktur sendiri seperti Bappindo masa orde baru dahulu.Dalam hal SDI BMI dengan training celestial managementnya memberikan pelatihan kepada pimpinan cabang BMI untuk berani mengambil kebijakan terutama dalam pembiayaan, sehingga tidak terbelunggu dengan suatu ketakutan-ketakutan dalam mengambil keputusan terutama dalam hal pembiayaan.Menciptakan Produk-Produk Kreatif Bukan saja Share yang terus di fokuskan tapi produk lain seperti tabungan Arafah dan tabungan pensiun DPLK muammalat produk Share dan DPLK Muammalat ini merupkan produk kreatif yang belum dimiliki oleh Bank Syariah lainnya. Produk-produk fee based lainnya juga harus segera dibangun dengan membidik kemudahan pelayanan kepada nasabah.Dari Sektor Jaringan BMI harus bersinergi dengan Bank Muammlat malaysia sehingga produk BMI dapat dirasakan oleh warga Indonesia di malaysia, dan juga bagi warga Malaysia yang melakukan plesir ke Malaysia
BANK SYARIAH MANDIRI
Kategori : THE MOST ASSET
2006
Asset 9.55 T
CAR 12.60 %
LDR 90.21 %
NPL 6.94 %
ROA 1.10 %
ROE 18.27 %
BOPO 90.66 %
NIM 5.63 %
Bank Syariah Mandiri yang berdiri pada tahun 1999 merupakan anak perusahaan Bank Mandiri yang berasal dari BSB (Bank Susila Bakti) dan menjadikan BSM sebagai bank yang memiliki Asset terbesar untuk kategori perbankan syariah, BSM kini memiliki lebih kurang lebih 188 outlet ini menerapkan strategi sustanable growthnya dengan melakukan analisis KPI/Balanced Sore Cardnya serta menyusunnya dalam 3 skenario strategi dalam mencapai target RKAP yang diberikan oleh Bank Mandiri sebagai owner.
Analisis :
Dengan menerapkan 3 skenario strategi dalam mencapai target RKAP memang cukup efektif, namun BSM sedang dihadapi oleh NPL yang semakin menggeliat mencapai 6.94 %, sehingga apabila BSM ingin memperkecil NPL dengan meningkatkan pembiayaan mendapatkan kendala dengan permodalan yang berada di 12.60 % walaupun masih cukup aman dan sesuai dengan Bassel Accord dan BI, BSM juga harus segera melakukan restrukturisasi melakukan litigasi, BSM juga harus segera menerbitkan obligasi dan IPO (initial public offering) untuk memperkuat sektor permodalan sehingga dapat tumbuh agresif ketika tahun 2003-2004.
BSM saat juga memperkuat sektor pendanaan dan membuat suatu analisa sektor yang mana yang bisa dimasukin dan sektor mana yang sedang jenuh. Peningkatan Feebased Income sedang digenjot oleh BSM lewat rekasadana syariah yang bekerjasama dengan PNM
Permasalahan Yang Akan Dihadapi
Dari sektor permodalan BSM memang cukup baik yakni berada 12.60 % yang dipersyaratkan BI dan Bassel Acoord, namun untuk lebih ekspansif lagi BSM harus meminta tambahan modal dari owner atau juga melakukan IPO dengan segera. Apalagi apabila BSM ingin menambah share perbankan syariah yang masih 1.60 % ini menjadi 5 % seperti yang diamanatkan oleh BI serta pertumbuhan pembiayaan sebesar 20 %
Dari Sektor Pembiayaan BSM dihadapai dengan NPL yang mencapai 6.94 % diatas peraturan BI yang harus lebih kecil dari 5 %, oleh sebab itu BSM melakukan restrukturisasi dan litigasi sampai di cabang-cabang, disamping itu juga BSM harus membentuk team review pembiayaan yang terpisah dengan pengawasan internal kantor di cabang fungsi team review ini bukan saja memeriksa dokumen tapi harus jeli melakukan analisa pembiayaan dan analisa bisnis.
Dari Sektor Pendanaan BSM sedang dihadapi dengan persoalan pendanaan dengan melakukan perimbangan antara dana korporat dan dana ritail, disamping itu juga adanya ketimpangan antara dana pihak ketiga dan pembiayaan, persoalan terhadap bank-bank yang agresif terhadap pembiayaan memiliki persoalan yang sama.
Dari Sektor Jaringan BSM masih dihadapi kendala terutama untuk memperluas jaringan, walaupun sudah memiliki office channeling dengan induk Bank Mandiri, namun BSM masih terkendala dengan sistim IT-nya
Solusi Yang Harus Dilakukan
Persoalan permodalan BSM harus menambah modal apabila ingin menggenjot pembiayaan dikarenakan ROA 1.10 % yang masih cukup kecil oleh sebab itu Issu IPO atau Obligasi harus ditingkatkanPersoalan pembiayaan BSM harus segera melakukan restruktirisasi dan litigasi yang dilakukan sehingga memberikan laba pada margin yang masih tertangguh. BSM juga harus merekrut team review pembiayaan untuk memperkecil NPL . Sementara itu review pembiayaan melakukan analisa pembiayaan disamping melakukan analisa dokumen dan legal dimana team review ini telah dibekali oleh pengetahuan bisnis dan pembiayaan. Sedangan untuk pengawasan internal kantor harus dipisahkan dalam melakukan review pembiayaan karena memiliki mindset yang berbeda antara bisnis otented dan suuport oriented.
Dari Sektor Pendanaan BSM harus lebih kreatif lagi menciptakan produk-produk jangka panjang walaupun sudah ada produk Investa Cendikia, namun produk seperti Pensiun juga harus diperhatikan untuk menganalisisi jumlah pembiayaan jangka panjang dan jangka pendek, disamping itu juga BSM harus menciptakan produk depositio yang fleksible yang dapat dibreak kapan saja.Dari Sektor Jaringan BSM harus bekerja sama dengan maestro dan visa sehingga BSM dapat digunakan di luar negeri, disamping itu juga harus melakukan sinergi teknologi di Bank Induk dimana nasabah Bank Mandiri yang belum ada fasilitas di cabang tertentu dapat melakukan transaksi di Bank Induk
Wallahu a'lam bissawab

Minggu, 22 Juli 2007

Menggerakkan Sektor Riel Lewat CSR

MENGGERAKKAN SEKTOR RIEL LEWAT PERAN SOSIAL PERUSAHAAN
Oleh : Zulfikar
CSR atau disebut dengan Corporate Social Responsibility merupakan suatu tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar perusahaan, fungsi CSR tidak hanya sebagai suatu kewajiban menjalankannya saja, namun berproses kepada dampak yang lebih dalam lagi yakni bagaimana CSR bisa menuntaskan kemiskinan dan berhasil menggerakan sektor reil, namun perlu dikaji lagi apabila perusahaan telah menjalankan fungsi CSR ini ada baiknya pemerintah untuk mengurangi pajak sama perlakukannya seperti zakat, dimana CSR secara nyata telah membangun suatu daerah apalagi daerah tersebut merupakan daerah tempatan tempat perusahaan tersebut beroperasi.
Oleh sebab itu ada baiknya CSR harus dikelola secara baik dan benar, dimana penempatan CSR tersebut harus berimbang, 20 % untuk pendidikan, 30 % untuk pembangunan daerah setempat dan selebihnya untuk menggerakkan sektor riel, dimana keuntungan yang diperoleh dari kredit bergulir tersebut harus digulirkan lagi tidak boleh dianggap sebagai laba perusahaan namun diakumulasikan dengan dana CSR untuk tahun depan apabila konsep ini dijalankan untuk seluruh perusahaan di Indonesia makaa dipastikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 7 % yang tentunya menciptakan pengurangan pengangguran sebesar 300 – 400 ribu orang angkatan kerja baru.
Konsep Penggerakan Sektor Riel
Dengan adanya program CSR tentunya dapat menghidupkan sektor riel, dengan memberikan dananya yang dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Konsep pertama
Bekerjasama dengan pihak perbankan lewat penempatan dana CSR dengan penempatan deposito sebagai jaminan untuk disalurkan kepada sektor riel, dimana pihak perbankan harus menyalurkan kredit dengan bunga sebesar SBI yakni sebesar 10 % - 11 %. Pihak perbankan menyalurkan dengan sangat selektif dengan memperhatikan aspek kelayakan (4 C) tanpa Collateral si debitur yakni jaminan fixed asset si nasabah tersebut , nah keuntungan dari bunga yang diperoleh harus diputar kembali untuk menyalurkan kredit yang baru, sedangkan apabila tejadi default kepada debitur dikarenakan faktor-faktor binis dan ekonomi dan bencana alam maka pihak bank dapat membreak deposito tersebut sebagai jaminan. Pihak bank harus memberikan laporan setiap 6 bulan tentang perkembangan nasabah, sebagai bentuk tanggung jawab pihak bank dalam memberikan kredit kepada nasabah, serta menghindari side streaming pemberian kredit kepada debitur.
b. Konsep Kedua
Bekerjasama dengan pihak perbankan lewat penempatan dana CSR yakni 30 % sebagai bentuk deposito dan 70 % lewat giro. 70 % ini diberikan dalam bentuk tunai lewat kredit dan 30 % dalam bentuk deposito sebagai dana jaga-jaga dimana bunga dari deposito tidak dianggap sebagai pendapatan perusahaan namun diputar kembali dalam bentuk tunai ditambah dengan fixed asset si debitur, untuk besar bunga sebesar SBI 10 % -11 %. Dalam hal ini pihak perusahaan memberikan referensi kepada Bank, terhadap perusahaan lokal yang hanya mengerjakan proyek-proyek di lingkungan perusahaan PT. X, dimana perusahaan lokal tersebut sudah berhubungan lama dengan perusahaan dalam mengerjakan projek paling tidak sudah 2 tahun. Perusahaan lokal tersebut dapat kredit dalam bentuk tunai 100 %, dan dia hanya memberikan assetnya hanya sebesar 70 %
contoh illustrasi :
PT. A dalah kontraktor PT. X bermaksud mengerjakan proyek di lingkungan PT. X sebesar Rp. 100 Juta maka PT. A dapat uang tunai dari Bank X sebesar Rp. 100 Juta dengan fixed asset senilai Rp. 70 Juta.
c. Konsep Ketiga
Perusahaan secara langsung mengelola CSR lewat divisi CSR dengan menyalurkan kredit lunak kepada sektor UKM, pihak divisi CSR dapat melakukan analis kredit dan verifikasi terhadap sektor UKM dengan memperhatikan aspek-aspek kelayakan nasabah UKM tersebut, yakni kepada UKM-UKM lokal yang harus diberdayakan. Untuk mengindari adanya side streaming dalam penggunaan dana tersebut, pihak CSR harus melihat kondisi UKM tersebut misalnya telah menjadi rekanan pengerjaan kontraktor PT. X atau UKM yang telah menjalankan usahanya selama 2 tahun, sedangkan untuk menghindari adanya kredit macet dari CSR yang ada, maka pihak divisi CSR PT. X meminta collateral sebesar 60 % – 70 % , meminta collateral ini sebagai itikat baik dari si UKM dalam mengelola amanah yang diberikan. Keuntungan dari penyaluran kredit tersebut dapat digulirkan kembali kepada sektor riel lainnya dalam bentuk kredit.
Penutup
Dengan menggunakan 3 konsep diatas pihak X dapat memberikan contoh kepada pihak lain terutama perusahaan sejenis untuk dapat melakukan konsep tersebut sehingga nantinya akan mengurangi dampak kemiskinan, dan kebodohan

Rabu, 18 Juli 2007

SAATNYA PEMERINTAH BENTUK BANK UMUM SYARIAH


SAATNYA PEMERINTAH BENTUK BANK SYARIAH UMUM
Oleh : Zulfikar,ST



A. Pendahuluan

Perbankan syariah merupakan suatu fenomena yang menjanjikan dan tidak kalah dibandingkan dengan perbankan konvensional, walaupun masih berusia muda perbankan syariah Indonesia pada akhir April 2007 mampu mencatat asset 28.36 T, dana deposito mencapai 22.01 T, LDR/FDR mencapai 97.03 % serta NPL berkisar 6.14 %, indikasi LDR dan NPL masih cukup baik dibandingkan dengan perbankan nasional yang mencetak LDR 53.50 % dan NPL 6.70 %. Dari dua indikator ini bahwa perbankan syariah lebih baik menjalankan fungsi intermediasinya dibandingkan dengan perbankan konvensional, sementara itu pembiayaan sektor ke modal kerja sangat mendominasi pembiayaan Bank Syariah yang mencapai 11.88 T, Investasi mencapai 6.34 T dan Konsumtif 4.70 T

B. Perkembangan ekonomi nasional
Perkembangan ekonomi makro tahun 2007 Quartal I cukup mengembirakan inflasi dapat ditekan menjadi 6.01 % cadangan devisa mencapai $ 50 M, nilai tukar dollar terhadap rupiah mengalami penguatan yakni sebesar Rp. 9.050 an, BI Rate berkisar di angka 8.50 %, disusul harga minyak dunia $ 72.62/ barrel bahkan pertumbuhan ekonomi mencapai 6.1 %. Kenaikan harga minyak tersebut berdampak dengan perubahan RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Sementara itu pemerintah mencoba memperbaiki usulan RAPBN-P tahun 2007 dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 6.3 %, inflasi sebesar 6.5 % suku bunga diperkirakan sebesar 8 % dan nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar Rp. 9.100. dan apabila inflasi setahunan dapat dipertahankan (year-on year) pada akhir tahun 2007 sesuai target pemerintah sebesar 6 %-6.5 %, maka kemungkinan BI Rate dapat diturunkan sebesar 7.5 %-8% namun usulan pemerintah ini terlalu optimistik , sedangkan menurut pandangan BI pertumbuhan ekonomi akan diperkirakan sebesar 6.2 %, inflasi 6 plus minus 1 persen, Suku bungan 3 bulan 8 persen dan nilai tukar rupiah berada di Rp. 9.000-Rp. 9.200,0an.
Sedangkan dilantai bursa indeks harga gabungan IHSG Jakarta mencapai 2.301,61 masih didominasi oleh saham-saham blue chip seperti saham telekomunikasi, pertambangan dan CPO, namun sungguh disayangkan transaksi di lantai bursa hanya sekedar mendapatkan gain sementara saja sementara itu untuk transaksi penjualan SUN pada mei 2007 total net asing mencapai 13.5 T kelompok perbankan 15.1 T transaksi asing yang begitu banyak ini dikarenakan imbal hasil yang diperoleh lebih tinggi sebesar 3.72 % daripada imbal hasil regional sebesar 1.32 %, sedangkan untuk melakukan ekspansi usaha masih belum terasa, bahkan diperkirakan pembelian saham ini hanya sekedar untuk melakukan akuisisi perusahaan yang memiliki bisnis yang sama. Bullishnya pasar modal Indonesia ini juga didukung oleh perkembangan pasar saham China dan Dowjohne, di pasar bursa saham AS ini juga adanya trend merger operator bursa dunia dan merger sesama perusahaan, namun merger tersebut akan mengalami perlambatan pada Q-II, yang akan berdampak pada penurunan ekonomi nasional pada Q-II dan Q-III
Namun menurut pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 6-3 % -6.5 %, inflasi diperkirakan mencapai 6.8 %, suku bunga mencapai 8.5 % pada akhir tahun 2007, dimana diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan pada Q-II dan Q-III, dikarenakan masuknya lebaran dan natal pada Q-III yang akan memacu tumbuhnya inflasi.

C. Perkembangan Perbankan Nasional
Dana pihak ketiga perbankan tumbuh 15.7 % pada april 2007 mencapai Rp. 1.29 T, sementara Kredit mencapai Rp. 855.4 M sehingga LDR perbankan nasional hanya mencatat 53.5 %, sementara itu NPL perbankan nasional mencatat 6.7 % dan NIM hanya mencatat 0.5 %, hal ini mencerminkan belum mampunya perbankan nasional menjalankan fungsi intermediasinya walaupun SBI telah turun, Kredit Bank umum berdasarkan penyaluran pada april 2007 modal kerja mencapai 421.30 T, Investasi 154.96 T Konsumtif 236 T berdasarkan dari data diatas terjadi perbaikan dalam penyaluran kredit dimana modal kerja memiliki porsi terbanyak walaupun belum diikuti oleh kredit Investasi, sementara itu sektor –sektor ekonomi penyumbang NPL pada April 2007 adalah pertanian 2.8 T , pertambangan 1.05 T, perindustrian 19.07 T, Listril Gas dan air mencapai 146 M, konstruksi 1.77 T, perdagangan restoran dan hotel 11.02 T pengangkutan pergudangan dan komunikasi 1.95 T, Jasa dunia usaha 3.28 T, jasa sosial 247 M, lain-lain 8.7 T. Sedangkan jenis penggunaan penyumbang NPL modal kerja 25.6 T, Investasi 15.8 T dan konsumtif 8. 6 T . merupakan kewajaran bagi perbankan dimana mereka harus berhati-hati dalam melakukan penyaluran kredit seiring dengan kondisi iklim investasi di Indonesia masih belum pulih.

D. Pembentukan Bank Syariah Milik pemerintah
Kebijakan pemerintah untuk tahun 2007 yang menitik beratkan pada iklim investasi dan iklim usaha, dimana saat ini terdapat anggaran 100 T untuk memperbaiki sektor investasi yang berada di daerah-daerah, walaupun sektor investasi masih belum menggeliat melihat pihak perbankan masih menyalurkan sebesar 154.96 T yang merupakan terendah dibandingkan dengan kredit modal kerja mencapai 421.30 T, dan kredit konsumtif mencapai 236 T
Dengan melihat kondisi diatas timbullah opini pemerintah untuk segera membentuk Bank sepeti Bappindo yang khusus untuk memberikan kredit-kredit investasi namun , usul tersebut sebaiknya dialihkan saja dengan membentuk suatu Bank Syariah milik pemerintah mengingat saat ini kinerja Bank Syariah masih lebih baik dari Bank konvensional, kemudian Bank Syariah milik pemerintah masih belum ada yang ada hanya anak perusahaan bank milik pemerintah dan unit syariah milik pemerintah.
Disamping itu dari segi permodalan pemerintah tidak perlu mengeluarkan lebih banyak modal jika ingin membentuk bank syariah, apalagi ingin mempersiapkan struktur permodalan yang akan dimulai pada september 2007 ini. Oleh sebab itu sudah selayaknya pemerintah membentuk Bank Syariah Milik BUMN